Pada Idul Adha tahun 1444 H, saya kembali ke kampung halaman untuk merayakan Hari Raya Qurban bersama keluarga dan teman-teman di desa kecil yang indah. Hari itu, suasana di kampung sangat meriah dan penuh dengan kegembiraan. Semua orang sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk perayaan ini.
Pagi-pagi sekali, saya bergabung dengan keluarga saya untuk pergi ke masjid desa, tempat kami akan melaksanakan salat Idul Adha. Masjid dipenuhi oleh jamaah yang hadir dengan pakaian terbaik mereka. Setelah selesai salat, imam memberikan ceramah yang mengingatkan kita tentang makna dan pentingnya berkurban.
Setelah salat, kami kembali ke rumah dan memulai persiapan untuk menyambut tamu yang akan datang. Kami membersihkan rumah, menghiasnya dengan dekorasi yang cantik, dan menyiapkan hidangan lezat untuk disajikan kepada keluarga dan tetangga. Aroma makanan yang lezat mulai menyebar di udara, mengundang selera.
Di tengah hari, kami berkumpul di halaman rumah untuk menunggu kedatangan hewan qurban. Hewan-hewan yang akan dikurbankan telah dipersiapkan sejak beberapa hari sebelumnya. Seekor kambing besar dan sapi yang gagah berdiri di depan kami, siap untuk disembelih. Kami berkumpul dalam doa bersama, mengucapkan syukur atas nikmat yang diberikan kepada kita dan mengingatkan akan pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail.
Setelah proses penyembelihan selesai, daging hewan qurban dibagikan kepada tetangga dan yang membutuhkan. Kami juga menyimpan sebagian daging untuk keluarga kami sendiri. Setiap rumah di kampung memberikan hidangan qurban yang lezat, seperti rendang, gulai, dan masakan khas lainnya. Momen ini menjadi waktu yang berharga bagi kami untuk saling berkumpul, berbagi cerita, dan mempererat hubungan keluarga.
Selama beberapa hari ke depan, kami melanjutkan perayaan dengan mengunjungi sanak saudara dan tetangga, saling bertukar kunjungan, dan saling memberikan salam Idul Adha. Kami juga mengadakan acara adu domba, di mana orang-orang di kampung berkompetisi dalam perlombaan adu kekuatan dan keindahan domba yang telah dikurbankan.
Sore hari, suasana kampung halaman semakin tenang dan damai. Saya duduk bersama keluarga di bawah pohon rindang, mengenang momen-momen indah yang kami lewati selama perayaan Idul Adha. Saya merasa terpenuhi dengan rasa syukur dan kebahagiaan karena bisa merayakan perayaan ini di kampung halaman, di tengah cinta dan kedamaian keluarga serta tetangga yang saling mendukung.
Itulah cerita saya tentang perayaan Hari Raya Qurban di kampung halaman pada Idul Adha 1444 H. Perayaan ini tidak hanya membawa sukacita dan kebersamaan, tetapi juga mengingatkan kita akan nilai-nilai pengorbanan, berbagi, dan keikhlasan yang menjadi inti dari perayaan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar